KEMENTERIAN Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud) saat ini sibuk merealisasikan
pemberlakuan kurikulum pendidikan baru yang dikenal dengan Kurikulum
Pendidikan Nasional 2013. Mendikbud Mohammad Nuh dan jajarannya sedang
rajin keliling daerah untuk melakukan sosialisasi dan uji publik
terhadap kurikulum yang diberlakukan mulai pertengahan tahun ini
tersebut.
Kurikulum baru itu bertujuan
menyeimbangkan aspek akademis dan karakter anak-anak Indonesia. Nanti,
sistem pembelajaran berbasis penguatan penalaran, bukan sekadar hafalan.
Ide penyusunan kurikulum baru tersebut, salah satunya, didasarkan pada
survei internasional yang menyebut kemampuan siswa Indonesia jauh
tertinggal dibanding negara-lain.
Pada 2007, survei Trends in
International Math and Science yang diadakan Global Institute mencatat,
hanya 5 persen siswa Indonesia yang bisa mengerjakan soal berkategori
tinggi. Padahal, di Korea, ada 71 persen siswa yang mampu menyelesaikan
soal tersebut. Untuk soal berkategori rendah, ada 78 persen siswa
Indonesia yang mampu mengerjakan, sedangkan siswa Korea hanya 10 persen.
Programme of International Student Assessment (PISA) pada 2009
menempatkan Indonesia di peringkat 10 besar terbawah dari 65 persen
negara peserta PISA.
Jumlah mata pelajaran di
tingkat SD dan SMP bakal banyak dikurangi. Kalau sebelumnya 10 mata
pelajaran, nanti hanya ada enam mata pelajaran. Di tingkat SMP, 12 mata
pelajaran diringkas menjadi 10 mata pelajaran. Namun, jam pelajaran akan
ditambah. Misalnya, untuk kelas 4–6 SD, 32 jam pelajaran per minggu
akan ditambah menjadi 36 jam per minggu. Untuk siswa SMP, pelajaran
ditambah enam jam per minggu dan SMA ditambah dua jam per minggu.
Nuh tidak peduli atas
sindiran ganti menteri ganti kebijakan. Menurut dia, kondisinya saat ini
sangat penting dan genting. Karena itu, dengan risiko apa pun,
perubahan kurikulum harus dimulai tahun ini. Istilah yang dipakai Nuh
adalah membeli masa depan dengan harga sekarang.
Ke depan, dia membayangkan
cara berpikir murid akan berubah, yakni selalu mencari tahu dan
melakukan observasi. Siswa diarahkan untuk merumuskan masalah, tidak
hanya menyelesaikan masalah. Murid dilatih untuk berpikir analitis,
bukan mekanistis. Satu hal yang harus disiapkan Kemendikbud adalah
peningkatan kualitas guru. Sebab, sebagus apa pun kurikulum 2013, kalau
tidak didukung peningkatan kemampuan guru, tentu akan sia-sia. Karena
itu, sembari mematangkan kurikulum, kualitas guru, terutama di daerah,
perlu di-upgrade. Sebab, guru merupakan ujung tombak
pelaksanaan kurikulum baru tersebut. Karena itu, peningkatan kualitas
guru menjadi instrumen yang wajib dilakukan bersamaan dengan berlakunya
Kurikulum Pendidikan Nasional 2013.
Hasil pembangunan karakter
dalam kurikulum baru tersebut tidak bisa terlihat dalam jangka pendek.
Mungkin butuh bertahun-tahun untuk menikmati hasil perubahan kurikulum
tersebut. Masalahnya, masa jabatan Nuh tinggal dua tahun lagi. Belum
tentu Mendikbud baru nanti mau meneruskan kurikulum baru itu. Jadi,
Mendikbud harus bisa menjamin bahwa kurikulum baru tersebut akan berlaku
dalam jangka panjang.
Sumber: http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=2861
BANDUNG,KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Ahmad
Heryawan akan mengirimkan surat kepada Menteri Pendidikan Nasional
perihal penghilangan muatan lokal (mulok) pada kurikulum 2013. Ini
sekaligus untuk merespon aspirasi ratusan mahasiswa dan komunitas
pengarang Sunda Re-Publik Saptuan yang Senin (31/12/2012) berunjuk rasa
di depan Gedung Sate, Bandung.
Mereka menuntut agar bahasa daerah,
termasuk bahasa Sunda, tetap diajarkan di sekolah. Mereka khawatir,
dengan diberlakukannya Kurikulum 2013, pelajaran Bahasa Sunda
dihilangkan dan tak lagi diajarkan di sekolah.
"Kami akan segera
mengirim surat ke Mendiknas, kalau bisa hari ini kita kirim hari ini,
yang jelas secepatnya. Itukan masih draft, masih bisa diubah, saya yakin
pemerintah pusat tidak akan menghapus mulok bahasa daerah," ucapnya,
Rabu (2/1/2013) di Gedung Sate, Bandung.
Heryawan berterimakasih
kepada warga Jabar yang sudah menyampaikan aspirasinya, baik melalui
mimbar bebas demonstrasi, surat, maupun disampaikan secara langsung.
Untuk
Jabar, lanjut Heryawan, bukan hanya satu bahasa akan diajarkan, tapi
tiga bahasa daerah, yakni Sunda, Cirebon, dan Betawi. Jabar dari sisi
budaya, bahasa dan seni, cukup kaya. Penyelamatan satu mulok akan
berdampak pada tiga budaya besar.
Dalam surat yang akan
disampaikan, Heryawan berharap agar ke depan nomenklatur 'bahasa dan
kesenian daerah' bisa dicantumkan secara jelas. Hal ini agar tidak
menimbulkan keraguan dan polemik dalam pelaksanaannya.
Draf
kurikulum 2013, sejauh yang dia pahami, semangatnya adalah agar siswa
lebih kreatif dalam belajar. Selama ini banyak pelajaran yang dianggap
terlalu membenahi siswa terutama ditingkat sekolah dasar (SD).
Menurutnya, semangat ini perlu didukung, kalaupun ada hal-hal yang tidak
sesuai di mata masyarakat tetap harus disampaikan agar bisa diubah
menjadi lebih baik.
Sumber : http://regional.kompas.com/read/2013/01/02/21525469/Muatan.Lokal.Dihapus.Gubernur.Jabar.Kirim.Surat.ke.Mendiknas